Tangsel (MTS) kecemasan dan kritik yang dilontarkan
masyarakat terkait kurikulum 2013 adalah sebagai bentuk kepedulian dan
keterlibatan masyarakat dalam sistem pendidikan nasional kita.
Kurikulum memang selalu merubah seiring dengan perubahan diberbagai bidang
kehidupan bukan menurut pergantian seperti ganti menteri ganti kurikulum
perubahan struktur kurikulum 2013 ini telah memancing reaksi masyarakat untuk
ikut bicara terkait pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS kedalam mata
pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) bahasa Indonesia dan
matematika pada jenjang SD.
Apa yang membuat masyarakat cemas dengan pengurangan mata
pelajaran dan penambahan jam belajar contohnya ditangsel tidak semua sekolah
itu pagi banyak yang sekolah siang yang pagi biasanya pulang jam 12 akan pulang
jam 2 siang, yang siang biasanya masuk
jam 1 siang dan pulang jam 5 sore tapi dengan perubahan tersebut akan pulang
jam 7 malam apakah orang tua murid dan guru sudah siap dengan perubahan ini ?
kalau kita liat dari perubahan kurikulum ada empat elemen perubahan yakni
standar kopetensi kelulusan, standar isi (kopetensi inti dan kopetensi dasar )
standar proses, dan standar penilaian
Yang membuat masyarakat khawatir dan menjadi pertanyaan
apakah sedemikian mendesaknya sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang kurikulum
ini sudah harus diterapkan sejauh mana persiapan yang dilakukan KEMDIKBUD dan
sedikitnya ada tiga persiapan untuk implementasi kurikulum 2013, pertama
terkait dengan buku pegangan guru dan buku murid, walau pemerintah bertekat
untuk menyiapkan buku induk pegangan guru dan murid tentu saja dua buku ini
harus berbeda konten satu dengan yang lainnya.
Kalau kita bicara tentang buku, ini yang menjadi sumber
permasalahan yang sebenarnya bukan kurikulumnya buku apa yang dipakai sekolah
–sekolah selama ini baik itu buku pegangan guru maupun buku murid adalah buku –
buku ilegal semua peraturan menteri tentang buku dilanggar sampai – sampai
orang tua murid teriak anak mereka dibohongi buku dan dampaknya dari buku ini
waktu ujian nasional banyak anak – anak mereka yang tidak bisa mengisi soal –
soal yang ada saat ujian tersebut dikarenakan buku yang mereka pelajari tidak
sama dengan buku yang dianggarkan oleh pemerintah yang juga hak ciptanya sudah
dibeli dari hal ini menteri harus bertindak tegas.
Kurikulum ini harus ada parameternya sejauh mana kurikulum
ini akan bisa berhasil kalau semuanya tergesa – gesa dan bagaimana kalau gagal
siapa yang bertanggung jawab. semuanya harus jelas dan mulai detik ini kemdikbud
dan jajarannya turun kebawah datang kesekolah – sekolah lihat dan dengar apa
yang terjadi. Tanya sama wali murid dan
pihak sekolah, lindungi mereka yang mau terbuka dan transparan dalam memberi keterangan yang sebenar – benarnya, dari sini kita baru bisa bekerja dan tau
kurikulumnya kah yg salah atau sistim dan manusianya sebab masyarakat mulai
resah akankah anak – anak mereka akan menjadi kelinci percobaan lagi seperti
yang sudah – sudah. (ROHANA)