Ads 468x60px

Minggu, 21 April 2013

CARUT MARUT UN SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB

Tangerang Selatan (MTS).
Mendikbud sebagai yang paling bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia saat ini.  terlalu menganggap enteng penyelenggaraan UN sehingga banyak masalah terjadi. Seperti penundaan UN di 11 provinsi karena pengepakan soal, terselipnya lembar soal dalam paket pelajaraan yang tengah diuji, hingga masalah teknis yang dinilai carut-marut PT Ghalia Indonesia Printing yang dituding menjadi penyebab utama tertundanya ujian nasional di 11 Provinsi. “Bagaimana bisa satu perusahaan memegang 11 provinsi? Padahal ada enam pemenang tender. Seharusnya 33 provinsi di Indonesia, pengadaannya dibagi rata ke enam perusahaan."
"Menteri harus bertanggung jawab. Ia harus berani berhenti secara jantan," 
praktisi dunia pendidikan geram. Bahkan, ada yang menuntut Mendikbud Mohammad Nuh untuk mundur dari jabatannya. Keterlambatan pencetakan dan pendistribusian soal UN pada 2013 bukanlah kasus yang berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang mengiringinya. Mulai dari persoalan teknis pembuatan soal dan lelang sampai pada masalah kebijakan baru kemendikbud.
 Setiap kali dilaksanakan, UN tidak pernah sepi dari masalah. Pada tahun 2012 lalu, publik dikejutkan dengan adanya pemberitaan tentang kebocoran kunci jawaban Menyikapi hal itu, mendikbud kala itu hanya menyatakan akan segera menurunkan tim verifikasi ke lapangan. Sementara hasil dari verifikasi itu tidak pernah disampaikan ke publik. akibat kebijakan UN yang semakin ketat. Sejauh ini, UN telah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa dan juga para guru. Siswa takut UN karena khawatir tidak lulus. Sementara, guru takut dengan UN karena bila siswanya banyak yang tidak lulus otomatis akan menjatuhkan reputasi sekolahnya. Akhirnya, siswa dan guru menghalalkan segala cara agar bisa mendapat hasil maksimal pada UN. Akibatnya, para siswa dilegalkan dan bahkan dianjurkan menyontek. Di era kontemporer seperti saat ini, banyak metode evaluasi KBM lain yang bisa diterapkan. Untuk menguji kemampuan para siswa, tidak bisa disamaratakan secara nasional. Adalah fakta bahwa sarana prasarana pendidikan di daerah terpencil tertinggal jauh dari yang dimiliki oleh mereka yang belajar di perkotaan. Selain itu, boleh jadi seorang anak lemah dalam matematika, bahasa Indonesia, dan IPA, tetapi bisa saja dia sangat menguasai kesenian. Lalu mengapa pemerintah harus memaksa dia untuk lulus matematika dan mengabaikan bakat alamiah yang dipunyainya? Berapa banyak orang yang bisa survive dan mendatangkan kebaikan dengan hanya menguasai kesenian? Kementerian yang dipimpin Mohammad Nuh itu dinilai gagal menyelenggarakan ujian nasional secara serentak. Masalah utamanya, pencetakan dan distribusi soal ujian tidak tuntas sampai batas waktu pelaksanaan ujian Dan tedernya di indikasikan sarat dengan KKN, banyak pihak yang telah menyampaikan kritik dan penolakan terhadap UN. Namun, kemendikbud tetap bersikukuh untuk mempermanenkan penyelenggaraan UN. (Red)


Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar