Jambi (MTI) Sungguh miris nasib
siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 143/IV, Kungkai II Kecamatan Bangko,
Merangin, Jambi. Karena banyaknya jumlah murid, membuat sebagian siswa
harus rela belajar di gudang dan eks rumah dinas guru.
kondisi
bangunan rumdis guru dan gudang yang dijadikan sebagai tempat menutut
ilmu tersebut kondisinya sangat tidak layak. Dinding dan atap yang sudah
rusak. Jika hujan para siswa harus mengungsi ke kelas lain. Malahan
harus berteduh di teras ruang kelas lainnya.
Sedikitnya
ada 60 siswa yang harus menempati eks rumdis guru dan gudang. Fasilitas
ini dijadikan ruang belajar yang dibagi menjadi empat kelas yakni 2A,
2B, 3A dan 3B.
Selain
pencahayaan yang tidak baik, kondisi lantai serta dinding ruangan
belajar juga tidak baik. Bagian atap ruangan ini juga sudah rusak parah.
“Inilah kondisinyo bang, mau kayak mano lagi. Yang penting anak biso
sekolah,” ungkap salah seorang wali murid, sembari minta namanya
dirahasiakan.
Kepala
Sekolah SDN No 143/VI Kungkai II Kecamatan Bangko, Asrin, membenarkan
jika ada empat kelas yang menempati eks bangunan rumdis guru dan gudang.
Kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu. Penyebabnya,
kata dia, pertambahan siswa yang bersekolah di SD ini terus
meningkat setiap tahunnya. Sementara, sekolah belum memiliki fasilitas
ruang belajar yang memadai. “Memang tidak layak, tapi itu yang mampu
kita lakukan. Sebab belum ada pembangunan ruang kelas baru,” kata Asrin.
Atap
sekolah ini lapuk dan hampir roboh. Begitu pun dinding kayunya yang
berlubang di mana-mana, Kondisi ini sudah berlangsung 5 tahun. Dan
selama itu pula, 60 siswa kelas 2 hingga 3 SD harus belajar di ruang
sempit ini.
Dulunya
ini adalah rumah dinas untuk para guru. Namun karena keterbatasan
ruangan kelas, pihak sekolah pun terpaksa menggunakan rumah dinas ini
sebagai ruang kelas para siswa sudah seharusnya belajar di ruangan yang
aman dan layak. Apalagi siswa kelas satu SD yang baru saja masuk
sekolah.
Padahal alokasi dana untuk pendidikan di Kabupaten Merangin, Jambi tidaklah sedikit. Jumlahnya mencapai Rp 2,3 triliun Kita tunggu saja sampai kapan anak-anak bangsa ini akan belajar di ruangan tak layak pakai. (red)
Share
Tidak ada komentar:
Posting Komentar