Tangerang
Selatan (MTS) Keberhasilan pendidikan harus melalui perjuangan yang
panjang dan kerja keras. Jabatan adalah amanah yang harus kita
pertanggung jawabkan didunia dan akhirat, pada dasarnya dunia pendidikan
adalah sebagai salah satu faktor penting untuk mencerdaskan
anak bangsa tentunya semua ini tidak terlepas dari peran serta
penyelenggara dunia didik serta sistem pembelajaran yang berkualitas dan
bebas dari piur bisnis, sementara tujuan wajib belajar sembilan (9)
tahun dengan program sekolah gratis ternyata tidak merubah sistem agar
terciptanya dunia pendidikan yang lebih baik bebas dari pungli dan
pungutan baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan, permasalahan ini terjadi karena
carut marutnya sistem pendidikan termaksud khususnya di kota Tangerang
Selatan.
Seharusnya
hal ini tidak terjadi didalam dunia pendidikan karena pemerintah pusat
dan pemerintah daerah tidak sedikit mengucurkan dana untuk dunia
pendidikan tapi kenapa dana ini menjadi bancakan oknum-oknum pejabat
terkait termaksud oknum dewan.
Kenapa
dunia pendidikan sekarang penuh dengan piur-piur bisnis? jelas-jelas
pemerintah telah mencanangkan wajib belajar sembilan (9) tahun dan
sekolah gratis orang tua tidak dibebani lagi dengan biaya pendidikan
karena pendidikan sembilan (9) tahun tersebut sudah menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Masyarakat semua tahu
begitu banyak anggaran yang dikucurkan dari buku sampai ketong sampah,
dari bangunan sekolah sampai mobeler.
Ada
lagi yang namanya Dana Alokasi Khusus (DAK), dana Bantuan Sosial
(Bansos), dan segala macam anggaran sampai pagu dewan dan banyak
lainnya. Tapi semua ini jadi bancakan oknum-oknum yang tidak bermoral
untuk apa semua ini, kalau masih banyak orang tua murid yang menjerit
salah satu contoh kecil saja, waktu penerimaan murid baru di SMP orang
tua murid harus menyediakan dana sebesar Rp. 1.500.000,- sampai Rp. 1.
750.000,- persiswa, ini katanya untuk beli buku paket, Lembar Kerja
Siswa (LKS), seragam Sekolah, Baju muslim, Bet, Topi, dan Lokasi Sekolah
itu baru masuk saja untuk selanjutnya tentu ada saja cara mereka untuk
memungut. Apa lagi Sekolah Menengah Atas (SMA) kita dapat
membayangkan dari atas sampai bawah sudah rusak bagaimana jadinya
pendidikan di Indonesia ini mau dibawa kemana pendidikan ini, adanya
sistem seperti ini bisa dikatakan kucuran anggaran dari pemerintah baik
pusat maupun daerah sia-sia hanya jadi bancakan, kini dunia pendidikan
sudah beralih fungsi menjadi dunia bisnis, dimana Pemerintah? Wajib
belajar sembilan (9) tahun lambat laun akan berganti seperti semula
menjadi wajib membayar, seharusnya wajib belajar sembilan (9) tahun
meningkat menjadi wajib belajar dua belas (12) tahun.
Banyak
orang tua murid yang bertanya apa benar kalau dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) itu ada? apa benar dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah
(BOSDA) itu ada? apa iya banyak anggaran untuk Pendidikan? Kalau benar
berarti Pemerintah bohong dong, mana janjinya yang mencanangkan
pendidikan GRATIS kenapa kami harus jual segala macam dan berhutang
kesana-sini untuk menyekolahkan anak kami, kenapa anak kami ada yang
disuruh pulang kalau ada yang belum dibayar, kenapa anak kami tidak
boleh mengikuti ulangan (Ujian Semester ataupun Tengah Semester) kalau
belum bayar, bukan kah baju seragam itu Putih biru Untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Putih Abu-abu untuk Sekolah Atas (SMA)
sederajad dan seragam pramuka. Contohnya SMPN 17 Tangsel malah
mengabaikan peraturan Mentri nomor 2 tahun 2008 pasal 11 dan peraturan
pemerintah nomor 17 tahun 2010 pasal 181, buku LKS yang harganya hanya
Rp. 3000,- dijual dengan harga Rp.12.500,- begitu juga dengan buku paket
mendapatkan keuntungan 50% dari harga buku, ini benar-benar
keterlaluan, perbuatan ini diindikasikan sama dengan pemeras berapa
milliard transaksi mereka per semester,ini sama saja menghancurkan dunia
pendidikan di kota Tangsel, ini baru bagian kecil yang kami ungkap
sebagai contoh.
kita
semua berharap peraturan mentri dan peraturan pemerintah harus
dilaksanakan dan anggaran yang dikeluarkan pemerintah digunakan dengan
sebenar-benarnya agar anak bangsa ini bisa menggapai cita-citanya.
Dinegara mana pun di dunia ini yang betul-betul memproritaskan
pendidikan akan maju dan sejahterah dengan banyaknya sumber daya
manusia, jangan jadikan dunia pendidikan menjadi dunia bisnis. pemuda
dan pelajar adalah ASET bangsa yang akan meneruskan cita-cita republik
ini untuk menuju bangsa yang makmur, sentosa dan berkeadilan serta
mempunyai kepribadian sesuai dengan cita-cita pendiri negara ini. Jangan
sampai orang miskin tidak bisa sekolah.
Kita
bisa banyangkan seandainya anak-anak bangsa ini tidak bisa mendapat
pendidikan yang layak bagai mana nantinya mereka bisa meneruskan
perjalanan bangsa ini dan bersaing dengan negara-negara lainnya jalan
satu-satunya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang
berkesenambungan dan memberikan pendidikan yang layak dan GRATIS dengan
UUD 45. (Jun)
Share